Since I got married, I seem to be travelling a lot & have been trying out new food places around Indonesia. Then I thought it'd be a shame if I don't document them as I go. I asked (and even begged) my husband to create this blog together, but it'll take some time before I can convince him to join. Having him will add so much humour in the writing, can't wait!
So here we are at the beginning of our adventure in life and in food!
I'm so lucky to be married to someone from a different island! Otherwise, I may never get the chance to step my foot outside Java island!
Kalo berkunjung ke Palembang, jangan lupa mampir ke warung yang satu ini. Kuahnya beda dengan kuah pindang yang biasanya berwarna kecoklatan karena kecap manis. Kuah pindang patin Bu Ucha ini warnanya merah & bergelimang dengan daun bawang sop, potongan cabe rawit, tomat cung, & terkadang nenas (kalo beruntung!). Tidak heran rasanya pedas-pedas asam, benar-benar mantap! Apalagi digabung dengan daging, kulit & lemak ikan patin yang lembut, so irresistable! Kita juga bisa pilih mau bagian kepala, badan, atau ekor. Masing-masing punya citarasa sendiri-sendiri ;)
Selain pindang patin, sepiring nasi hangat juga ditemani oleh ikan seluang goreng yang pas banget dicocol dengan sambel buah (rasanya mirip-mirip kedondong, but never seen the actual fruit). Lalu ada pula sambal goreng udang pete, pepes patin, & tempoyak. Nah, yang terakhir itu bukan menu favorit saya, aromanya mengingatkan saya pada tape (yang pada dasarnya tidak saya sukai). Tapi, menurut ahlinya durian (aka my hubby), tempoyak nya uenak!
Pindang patin ini juga tahan dibungkus untuk oleh-oleh, paling lama sekitar 4 jam. Kalo ngga langsung dimakan setelah itu, masukkan potongan ikannya ke dalam freezer (kuahnya jangan ya). Besoknya tinggal angetin kuahnya & defrost potongan ikannya, there you have it! A bowl of piping hot Pindang Patin in the comfort of your own home :)
Warung Pindang Patin Meranjat Bu Ucha
Jln. Demang Lebar Daun
Jln. Demang Lebar Daun
Palembang
No comments:
Post a Comment